RSS

ATLANTIS

Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali  Indonesia kini.

Setiap umat mempunyai batas waktu (ajal-nya), makakala ia telah tiba, maka mereka tidak akan bisa mengundurkannya sesaat pun, tidak pula mereka bisa memajukannya.” (QS 7:34)
Bulan-bulan ini bangsa Indonesia diharu-biru oleh berbagai isu, ketegangan konflik dan meningkatnya suhu politik,  serta berbagai perilaku aneh para politisi dan kontestan pemilu caleg  yang gagal. Ada yang stress, depresi berat, lalu gila. Ada yang ‘mutung’ mengambil kembali barang bantuannya yang sudah diberikannya ketika kampanye  tapi gagal menang pileg. Bahkan tidak sedikit yang bunuh diri, dan-atau melakukan pembunuhan.

Fenomena-fenomena aneh dalam praktek kehidupan sosial dan sistem politik bangsa Indonesia saatgarudapancasila ini semakin memperlihatkan praktek dan perwujudan  cara berfikir (filsafat/pandangan dunia) yang jauh dari realisasi asasi nilai-nilai luhur Panca Sila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyaratan-perwakilan”.  Jelasnya hampir semua (sebagian besar) perilaku sosial-politik bangsa Indonesia kini didominasi kendali paham pikir keserakahan materialistis.  Prinsip falsafah Pancasilais: ”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Kemanusiaan yang adil dan beradab” telah tergusur oleh  falsafah ”Keuangan yang maha kuasa” dan ”Kebinatangan yang zalim dan biadab”.
Praktek kehidupan sosial-politik dan ekonomi anak bangsa tak lagi terpimpin oleh semangat kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-Kebijaksaan. Demokrasi  masih menjadi sekedar menjadi alat formal-prosedural pengumpul legitimasi untuk berkuasanya para elite politik-ekonomi. Paling tidak itulah yang dirasakan oleh beberapa pengamat dan tokoh-tokoh yang prihantin dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.
plato statueLalu apa hubungannya dengan Plato, filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher)  yang hidup 427-347 Sebelum Masehi (SM)? Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada tahun 399 SM. Setelah kematian gurunya, Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir.
Pada tahun 387 SM dia kembali ke Athena dan mendirikan Academy, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang paling terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.

Demi pemeliharaan Academy, banyak karya Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal adalah Republic. Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam.
Dua dari dialognya, Timeaus and Critias, memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis).
Plato  menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.
coverbukuatlantisthumbPenelitian mutakhir yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teorinya bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis, seperti luas wilayahnya, cuacanya, kekayaan alamnya, gunung berapinya, dan cara bertaninya, dll. yang akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia sekarang. Salah satu buktinya adalah sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Aryso Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari reflief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir,  kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (Peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kita suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu  Rig VedaPuranas, dll.
Piramida Aztex di Benua Amerika
Candi Sukuh di Gunung Lawu Jawa Tengah yang mirip dengan Candi Suku




Konteks Indonesia Secara Geologis dan Geografis
Menurut Prof. Dr. H. Priyatna Abdul Rasyid, Ph.D. Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Prancis: bukanlah suatu kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk  penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang memben-tangkarakatau-mletus dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
cracatoaTeori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung Toba yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya,  kekayaan alam, ilmu pengetahuan-teknologi, dan lain-lainnya. Plato menduga bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es di muka bumi mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos, dengan mengutip teori para geolog, menamakannya sebagai Heinrich Events, bencana katastrop yang berdampak global.  Beberapa artikel resume dari buku Aryso Santos ini dipublikasikan di situs internetnya di http://www.atlan.org.
Menurut Santos, dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Priyatna mengatakan: ”Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos  dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.”
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Menurut Priyatna, bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.
Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki di mana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.


Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi molekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni 2005
Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan yang perlu diverifikasi secara ilmiah oleh berbagai pihak yang berwenang (otoritatif), misalnya Badan Arkeologi Nasional RI.
Dominasi Austronesia
The biblical flood really did occur – at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia, Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first civilizations. The Polynesians did not come from China but from the islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography, archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)

Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.

Peta Penyebaran Umat Manusia pasca Ledakan Supervolcano Toba 75.000 tahun yang lalu. Silahkan di-klik link-nya untuk melihat animasi lengkapnya
Apa yang diungkap Prof. Dr. Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini dibenarkan oleh Prof.Dr. Abdul Hadi WM, budayawan dan sastrawan terkemuka Indonesia.
Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual

Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh para Founding Fathers Republik Indonesia menjadi Panca Sila,  apakah secara langsung atau tidak, mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”.  Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.

Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya (oleh akal sehat, ilmu pengetahuan dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh “perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu). Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.

Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilahPhilosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmah terkait dengan Hukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara (Asia Tenggara).

Surga Atlantis, Yunani dan Indonesia

Plato mendapatkan ilham filsafat politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta (ruhaniawan) di Mesir kuno.
tsunami-krakatoa1Menurut penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini, mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2) dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau Nusantara.  Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di Mesir.

Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology dan legenda Yunani,  juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll. “All nations, of all times, believed in the existence of a Primordial Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever. This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books such a the Rig Veda, the Puranas and many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts, excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different civilizations developed independently from each other even in such unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence that has developed from essentially all fields of the human sciences, particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.

Yang cukup mengejutkan adalah bahwa Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600 tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah mengherankan, karena Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30)
Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull). Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur atas segala karunia sumber daya alam yang diketemukan di seantero kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan Eropa
Negara  Atlantis.

Poseidon = Pasundan ???
Menurut cerita Plato Atlantis adalah  wilayahnya Poseidon, dewa laut. Ketika Poseidon jatuh cinta kepada wanita yang bisa mati, Cleito, dia membuat sebuah sumur  di puncak bukit di tengah-tengah pulau dan membuat kanal-kanal air berbentuk lingkaran cincin di sekitar sumur tersebut untuk melindungi istrinya itu. Cleito melahirkan lima pasang anak kembar laki-laki yang menjadi penguasa pertama Atlantis. Negeri pulau itu dibagi-bagi di antara para saudara laki-lakinya. Yang tertua, Atlas, raja pertama Atlantis, diberi kontrol atas  pusat bukit dan area sekitarnya.
Pada puncak tengah bukit, untuk menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana mayoritas pendudukanya tinggal.
Di belakang kota terhampar seuatu lahan subur sepanjang 530 km dan selebar 190 km yang dikitari oleh kanal air lain yang digunakan untuk memngumpulkan air dari sungai-sungai dan aliran air pengunungan. Iklimnya memungkinkan mereka dapat 2 kali panenan dalam setahun. Pada saat musim penghujan, lahan disirami air hujan dan pada musim panas/kemarau, lahan diairi irigasi dari kanal-kanal air.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi kepulauan.
Dari generasi ke genarasi orang-orang Atlantean hidup dengan sederhana, hidup penuh dengan kebaikan. Namun lambat-laun meerka mulai berubah. Keserakahan dan kekuasaan mulai mengkorupsi mereka. Ketika Maha Dewa Zeus melihat ketidakdapatmatian (immortality) para penduduk Atlantis, maka Dia mengumpulkan para dewa lainnya untuk menentukan sebuah hukuman yang layak bagi mereka.
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.
Ringkasan cerita yang dikisahkan  Plato ini sekitar tahun 360 SM dalam dialognya Timaeus and Critias. Karya tulis Plato ini adalah satu-satunya referensi yang diketahui mengenai Atlantis. Ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan lebih dari 2 ribu tahun lamanya.
Replika Situs Atlantis telah diketemukan di Sumatra ?
Beberapa orang yang penulis temukan secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun ini telah mengaku menemukan jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs Atlantis.  Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.
Sekitar 6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi itu konon telah diketemukan  oleh masyarakat setempat berbagai artefak dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian, menurut mereka, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi, karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi shawab.
Lebih lanjut silahkan baca makalah pimpinan team ekspedisi Kandis itu di : http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-“atlantis-nusantara”/

Namun terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.
Inilah yang mungkin masih menjadi pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima. Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?
Nusantara, Indonesia sekarang, menurut Tato Sugiarto, telah dipersiapkan Tuhan YME sebagai negeri tempat persemaian dan tumbuh kembangnya kearifan ilahiah dan shopia perennialis yang berevolusi melalui berbagai agama dunia dan kearifan-kearifan lokal nusantara, yang merefleksikan falsafah Bhineka Tunggal Ika. Menurut pria kelahiran 1937, mantan tea taster dan market analisis PT perkebunan I – IX Sumatara Utara – Aceh, walau terjadi paradoks –di balik krisis lingklungan seiring dengan krisis peradaban global, mengutip Alvin Tofler, terjadi pula gejala-gejala kebangkitan agama-agama, yang paralel dengan kebangkitan spiritualisme menurut John Naisbit. Ini menutut Tato, adalah pertanda masa transisi proses kebangkitan umat manusia menyosong tranformasi menuju “Kebangkitan Peradaban Mondial Millenium Ketiga”.
Gejala ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara ini, dan pesan-pesannya pun dipahami para ahli makrifat yang waskita. Walau fenomena ini tampil paradoksal, namun sesungguhnya bersifat komplementer, merupakan survival instinct manusia. Ini merupakan peringatan dini dalam mengatisipasi apocaliptic threats yang akan hadir di masa datang. Prophetic intelegence yang relevan dengan itu berabad-abad yang lampau sebenarnya telah diisyaratkan dalam Injil dan al-Qur’an sebagai nubuat (ramalan) Kebangkitan Isa al-Masih (QS 3: 55, QS 19:33) ataupun yang dalam pagelaran wayang purwo ditampilkan sebagai mitos “Kresna Gugah”.
Tato Sugiarto menjelaskan: Wayang Purwo warisan Wali Songo adalah “tontonan dan tuntunan” adiluhung yang cocok dengan semua agama. Tampil sebagai seni budaya yang sarat dengan muatan aneka ilmu pengetahuan.
Kresna Gugah = Kebangkitan Imam Mahdi ???
Medium pendidikan massal ini dikemas sebagai total arts, yang kehadirannya mewakili pagelaran seni makrifat atau meditative arts. Kini wayang purwo telah melampaui batas wilayah Nusantara, lalu diakui sebagai warisan dunia, yaitu sejak dinyatakan oleh UNESCO (PBB) sebagai “A Masterpiece of the Oral and Intangible heritage of Humanity” pada tgl 7 November 2003 di Paris Perancis.
Kresna
Dalam ungkapan seorang aktifis urban sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.” Wallahu ‘Alam bi shawab.
RELATED ARTICLES & REFERENCES:
http://en.wikipedia.org/wiki/Root_race#The_civilization_of_Atlantis
http://en.wikipedia.org/wiki/Maitreya_%28Theosophy%29
About these ads

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa dan Siapa Ya'juj & Ma'juj - Dari Awal Kebangkitan Sampai Menjelang Kiamat

Apa dan Siapa Ya'juj & Ma'juj - Dari Awal Kebangkitan Sampai Menjelang Kiamat

Ya'juj dan Ma'juj Dalam Qur'an
Al Qur'an dua kali menyebutkan kata "Ya'juj dan Ma'juj". Pertama, di surat Al Kahfi ayat 94, yang berbunyi: "Mereka berkata: Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya membuat dinding antara kami dan mereka?"
Kedua, surat Al Anbiya ayat 96-97, berbunyi: "Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh penjuru yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari Kiamat)... ."
Itulah dua ayat Qur'an yang menyebutkan tentang Ya'juj dan Majuj. Ayat 94 surat Al Kahfi berbicara perihal Ya'juj dan Ma'juj di masa lalu. Tentang sifat mereka yang suka membuat kerusakan di dunia, sampai kemudian Dzulqarnain membuat benteng yang menghalangi mereka, dan mereka tidak mampu bangkit lagi semenjak zaman Dzulqarnain itu, juga zaman-zaman setelahnya. Sementara surat Al Anbiya berbicara dengan jelas tentang Ya'juj dan Ma'juj di masa depan dan perihal kebangkitannya ketika mendekati hari Kiamat.
Kata "dibukakan" atau dalam bahasa Arab "futiha" menurut DR. Shalah Abdul Fatah Al Khalidi penulis buku "Kisah-Kisah Orang Dahulu dalam Qur'an", yaitu diartikan secara makna bukan sebenarnya. Menurutnya, itu merupakan kehendak Allah atas mereka untuk keluar dari negerinya, dan dibiarkannya melakukan kerusakan di atas dunia dan negeri-negeri yang mereka kehendaki. Ini merupakan kebangkitan mereka terbesar dan terakhir sepanjang sejarah, menjelang hari Kiamat.
Kalimat pada ayat surat Al Anbiya yang berbunyi, "dan mereka turun dengan cepat dari seluruh penjuru yang tinggi." Menunjukkan besarnya kekuatan, jumlah personel yang mereka miliki, dan kerasnya ekspansi yang mereka lakukan.
B. Apakah Nama Ya'juj dan Ma'juj dari Bahasa Arab?
Para ahli bahasa Arab berbeda pendapat tentang asal kalimat Ya'juj dan Ma'juj ini. Ada yang mengatakan keduanya berasal dari bahasa Arab, dan ada juga yang menolak pendapat itu kemudian berpendapat Ya'juj dan Ma'juj berasal dari bahasa Asing kemudian diarabkan. Pendapat kedua ini adalah pendapat yang paling benar. Karena kabilah atau kelompok Ya'juj dan Ma'juj ini sudah ada sebelum peradaban Arab lahir dan sebelum diletakkannya tata bahasa Arab. Kata Ya'juj dan Ma'juj sama halnya dengan kata Iblis, Adam, Hawa, Ibrahim, Musa, Harun, Taurat dan Injil, yang kesemua itu bukan berasal dari bahasa Arab. Menurut Abu Kalam Azadi, seorang ulama besar dari India, kata Ya'juj dan Ma'juj adalah kata asing yang berbentuk Ibrani (Bahasa Yahudi). Ya'juj dan Ma'juj dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama "Gag" dan "Magag". Bentuk kata Gag dan Magag ini, digunakan juga dalam tujuh terjemahan kitab Taurat (Perjanjian Lama) dan banyak ditemukan dalam bahasa-bahasa Eropa.
C. Mongolia Tempat Ya'juj dan Ma'juj
Sebenarnya para ulama berbeda pendapat dengan tempat asal Ya'juj dan Ma'juj dan di negeri mana tempat mereka pertamakali muncul. Tetapi para ulama yang telah meneliti secara detail menemukan bahwa tempat Ya'juj dan Ma'juj ini berasal dari satu tempat di Timur laut wilayah Mongolia. Penduduknya beretnis Mongol dengan kehidupan nomad. Yang pasti, menurut para peneliti kata "Mongolia" dan "Mongol" sendiri terkait erat dengan kata "Ma'juj", bahkan berhubungan langsung. Terkadang, kata Ya'juj dan Ma'juj juga dipakai dengan sebutan "Mongol" dan "Tartar".
D. Tujuh Kebangkitan Ya'juj dan Ma'juj Sepanjang Sejarah.
Untuk kesekian kalinya DR. Shalah Abdul Fatah Al Khalidi menegaskan bahwa Ya'juj dan Ma'juj adalah mereka yang mendiami wilayah Mongolia. Mereka juga termasuk daerah Turkistan, Russia dan China. Tetapi yang menjadi pertanyaan penting, apakah Ya'juj dan Ma'juj tidak pernah keluar kecuali nanti saat menjelang Kiamat?
Para ilmuwan yang meneliti mengatakan bahwa Ya'juj dan Ma'juj telah bangkit dan keluar berkali-kali. Kebangkitan terakhir adalah ketika menjelang Kiamat, sebagaimana disebutkan juga dalam beberapa hadist Shahih. Para ilmuwan sejarah menyebutkan bahwa mereka terhitung sudah Tujuh kali keluar dari persembunyiannya.
Pertama, zaman prasejarah Mongol, atau sekitar tahun 5000 S.M. Ketika itu mereka sanggup merubah dan menghancurkan peradaban China kuno, lewat serangan mereka dengan melewati gurun Ghabi.
Kedua, awal dimulainya sejarah, atau sekitar tahun 1500 S.M - 1000 S.M, gelombang kedatangan mereka sebagian muncul dari Timur laut. Mereka berniat menempati sebagian wilayah China, Asia Tengah, daerah Mongolia dan Turkistan. Akan tetapi ekspansi mereka ke daerah-daerah itu dengan perdamaian bukan dengan penyerangan. Mereka hidup di sana dengan bekerja sebagai petani.
Ketiga, kemunculan Ya'juj dan Ma'juj kali ini di akhir tahun 1000 S.M. Dimana mereka menguasai wilayah pesisir laut Qazween, laut Hitam, utara Kaukasus, aliran sungai Danube dan Puljaa. Pada kebangkitannya yang ketiga ini, sejarah mencatat mereka telah melewati lorong sempit "Deriyal" di celah pegunungan Kaukasus untuk menyerang peradaban Nenoy, pada akhir tahun 700 S.M. Penyerangan mereka kepada Nenoy memberi pengaruh langsung pada jatuhnya peradaban Asyuria. Hal ini juga dibenarkan oleh Herodotus, bapak sejarah Yunani.
Keempat, di akhir tahun 500 S.M, Ya'juj dan Ma'juj bergerak untuk menguasai daerah-daerah Asia Barat, dengan melalui lorong sempit Deriyal di celah pegunungan Kaukasus. Saat itulah Dzulqarnain atas permintaan penduduk di sana mendirikan benteng menutupi lorong sempit itu. Dengan adanya benteng itu, penyerangan mereka terhalang dan batal menguasai negeri-negeri yang sudah mereka rencanakan. Negeri-negeri itu pun aman sampai beberapa waktu.
Kelima, akhir tahun 300 S.M, waktu itu kabilah Ya'juj dan Ma'juj mengarahkan ekspansinya ke wilayah Timur. Lalu tak lama kemudian mereka menyerang kekaisaran China. Para sejarawah China menyebut kabilah Ya'juj dan Ma'juj ini dengan sebutan "Hyung Hu". Pada zaman itu kekaisaran China dipimpin oleh Kaisar Qin Shi Huang atau nama gelarnya "Shih Huang Ti" yang maknanya "Kaisar pertama". Di era pemerintahannya ia berhasil membangun tembok agung China (The Great Wall). Pembangunan tembok ini dimulai dari tahun 264 SM. dan selesai dalam jangka waktu sepuluh tahun. Tembok inilah yang merupakan benteng dari serangan Ya'juj dan Ma'juj.
Keenam, kebangkitan Ya'juj dan Ma'juj kali ini pada abad keempat Masehi. Ketika mereka melakukan ekspansi ke Eropa, dengan dipimpin oleh panglima perangnya bernama "Attila". Ekspansi dan penyerangan tergolong sukses, mereka menaklukkan kerajaan Romawi lalu menguasai ibukotanya Roma, yang kemudian kota ini mereka hancurkan. Mereka pun menguasai kerajaan Romawi sampai beberapa abad kemudian.
Ketujuh, pada abad ke 12 Masehi atau abad ke 7 Hijriyah dibawah kepemimpinan Jenkis khan, mereka menyerang kerajaan-kerajaan Islam sebelah Barat, kemudian berkuasa dan menghancurkannya. Dan cucu Genghis Khan bernama "Hulago" berhasil memasuki Bagdad yang merupakan ibukota pada zaman Khilafah Abbasiyyah dan menghancurkannya pada tahun 656 Hijriyah.
E. Genghis Khan dan Hulago Pemimpin Ya'juj dan Ma'juj
Sebagian sejarawan dan ahli tafsir berpendapat bahwa Mongol dan Tartar merekalah Ya'juj dan Ma'juj. Mereka yang disebutkan di atas telah bangkit dan melakukan ekspansi tujuh kali sepanjang sejarahnya. Dan keluarnya Genghis Khan serta Hulago pada kebangkitan ketujuh Ya'juj dan Ma'juj, menurut para ilmuwan merupakan pendapat yang boleh-boleh saja. Bukan pendapat yang mesti ditolak dan bukan pendapat yang aneh.
Karena ekspansi Mongol atau Tartar selalu dalam jumlah yang besar dan menakutkan. Sementara itu bukti-bukti menyatakan bahwa serangan Mongol dan Tartar pada negeri-negeri Islam sangat besar dan merusak. Jejak penghancurannya terdapat bukti-bukti yang kuat.
F. Jatuhnya Bagdad dan Terbunuhnya Khalifah
Genghis Khan wafat pada tahun 624 Hijriyah. Namun peperangan antara umat Islam melawan bangsa Mongol dan Tartar tetap berlanjut. Sampailah kemudian kepemimpinan Mongol ditangan cucu Genghis Khan, yaitu Hulago. Hulago pun tak kalah bencinya kepada Islam dan berniat terus memeranginya. Ia telah menyiapkan pasukan berjumlah 200 ribu orang untuk menyerang Bagdad.
Mereka menduduki Bagdad dengan mudah pada akhir bulan Muharram tahun 656 Hijriyah. Saat itu pasukan Islam berjumlah kurang dari sepuluh ribu orang. Dengan jumlah sedikit itu menjadikan pasukan Islam mudah dikalahkan. Ditambah lagi pengkhianatan dari para pejabat khalifah, sehingga pasukan Mongol mudah menguasai Bagdad. Di kota Bagdad Hulago menumpahkan kebenciannya pada Islam, ia memerintahkan untuk membunuh seluruh penduduk Bagdad. Tak terkecuali khalifah yang berkuasa saat itu Al Mu'tashim Billah, yang merupakan khalifah terakhir Dinasti Abbasiyyah. Beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah umat Islam yang terbunuh di Bagdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang, 1.800.000 ribu orang dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang terbunuh di Bagdad. Wajar jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar, karena pedang-pedang prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari menebas leher orang-orang Islam, hingga diberitakan saat itu Bagdad banjir darah!
G. Perang 'Ain Jalut Serta Kalahkannya Ya'juj dan Ma'juj
Pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulago merubah arah ekspansinya dari Bagdad menuju Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka dengan mudah menaklukkan wilayah Haleb dan membunuh penduduknya.
Di Timur jauh wilayah Mongolia, terjadi perpecahan antara para pejabat dan panglima perang Mongol dalam masalah kekuasaan. Oleh karena itulah Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya untuk melihat langsung pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di wilayah Syiria kepada "Kitbuqa". Pasukan Islam saat itu dipimpin oleh Al Mudzaffar Saifuddin Qutuz dan Dzahir Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu tempat yang dikenal dengan 'Ain Jalut. Perang itu sendiri pecah pada hari Jum'at, 25 Ramadhan tahun 658 H, dua tahun setelah Hulago membumihanguskan Bagdad. Pada perang di 'Ain Jalut ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan pangeran Jamaluddin Aqusyi mampu menerobos kejantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang Mongol Kitbuqa.
Kekalahan di 'Ain Jalut merupakan kekalahan pertama Mongol. Ini merupakan akhir kisah dari kebangkitan ketujuh kaum yang disebut Ya'juj dan Ma'juj itu. Setelah kekalahan ini tentara Mongol kembali ke negerinya, mereka mendirikan kerajaan-kerajaan di wilayah India, Khurasan, Turkistan dan lainnya.
H. Kebangkitan Terakhir Ya'juj dan Ma'juj
Para peneliti kembali menyimpulkan bahwa Ya'juj dan Ma'juj mereka adalah orang-orang yang berkulit kuning. Mendiami wilayah China, Korea, Tibet, Mongolia, Rusia, Turkistan dan lainnya. Lalu apa hubungan mereka dengan kebangkitan Ya'juj dan Ma'juj menjelang hari Kiamat?
China disinyalir merupakan bahaya yang dahsyat bagi Eropa, Amerika, Arab dan lainnya. Sedikit informasi ekonomi Mesir hari ini mulai dikuasai oleh bangsa pendatang (China). Bahaya di masa depan utamanya adalah terkait dengan jumlah penduduknya. Penduduk China merupakan seperempat jumlah penduduk bumi. Jumlah itu terus bertambah dengan cepat. Memang belum jelas apa yang akan terjadi di masa depan, dengan terus bertambahnya jumlah penduduk bukan tidak mungkin mereka melakukan ekspansi besar-besaran. Ekspansi itu mungkin dengan cara damai atau bahkan dengan pendudukan secara paksa. Akan tetapi sumber sejarah membenarkan keadaan ini, dan mewanti-wanti akan bahaya China di masa depan. Seorang Kaisar Jerman pernah berkata, "akan celaka Eropa dari China!"
Keberadaan Rusia juga tidak bisa dikesampingkan, mungkin saja mantan negara adidaya itu bangkit kembali dan berkuasa. Karena sejarah dan sunatullah mencatat ada pengulangan dari setiap kejayaan.
Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa Ya'juj dan Ma'juj bukan ditujukan kepada kelompok atau etnis tertentu, tetapi lebih menekankan kepada sifat secara umum bagi semua kelompok, etnis dan bangsa yang suka membuat kerusakan dan membunuh manusia. Tetapi pendapat ini dibantah, karena bukti-bukti sejarah dan dalil-dalil agama menunjuk kepada kelompok tertentu (baca: pengkhususan).
Kebangkitan Ya'juj dan Ma'juj menjelang hari Kiamat merupakan suatu kepastian. Mereka akan bangkit dari sebelah Timur dalam jumlah yang sangat besar, mereka menghabiskan 'sumber-sumber air' di negeri-negeri yang mereka lewati. Bahkan saking rakusnya, sebagian kelompok Yajuj dan Ma'juj yang terakhir tidak mendapatkan air itu. Ini semua tidak akan terjadi kecuali menjelang hari Kiamat. Wallahu 'alam [Abu Nahidh]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS